a. Induk jantan
Dalam menentukan induk jantan, para peternak umumnua memperhatikan
fisik, irama suaranya, dan genetisnya. Berikut ini beberapa pedoman
sederhana untuk memilih induk jantan dilihat dari segi fisik dan irama
suaranya.
1. Fisik
Ciri fisik yang perlu di amati yaitu:
A) Sruktur tulang dada.
Semakin lebar tulang dada, kemampuan bernapas semakin baik sehingga suaranya akan lebih panjang.
B) Struktur kantung suara
Semakin besar kantung suara, semakin baik irama suaranya.
C) Struktur tubuh
Tubuh yang kokoh dan gagah saat bertengger semakin rajin frekuensi suaranya.
D) Bulu
Bulu y6ang halus dan mengkilat pada dada, semakin halus dan bening
suaranya, jika bulu dada halus, tetapi suram suara halus namun serak.
2. Irama suara
Patokan untuk menentukan kualitas suara perkutut secara tradisional, yaitu:
a) Irama suara depan
b) Irama suara tengah
c) Irama suara ujung
d) Induk betina
Beberapa patokan untuk memilih induk betina, antara lain:
1) Postur tubuh harus tegap
2) Struktur tulang dada harus lebar, dan
3) Irama suara disesuaikan dengan suara induk jantan.
Berikut ini beberapa tehnik perjoohan calon induk perkutut;
a. Bulu sayap direkat
Sifat perkutut jantan lebih agresif dibanding perkutut betina, bahkan
ada yang lebih ganas. Umumnya, saat dijodohkan, perkutut jantan selalu
mengejar dan mematuki perkutut betina, dan apabila ini dibiarkan, akan
mengakibatkan cedera pada perkutut pasangannya. Untuk menanggulangi hal
itu, diupayakan bulu sayap induk jantan kurang lebih 4-5 helai, baik
kiri maupun kanan direkat, dengan isolasi atau lebih ekstrem lagi bulu
sayap diserit. Hal ini untuk mengurangi daya serang perkutut jantan
terhadap perkutut betina dan mengalihkan perhatian.
b. Mengurung sangkar dalam kandang
Perkutut dimasukkan dalam kandang perjodohan, namun salah satu induk di
tempatkan dalam sangkar, kemudian sangkar dimasukkan kedalam kandang
perjodohan. Sebaiknya, induk betina yang berada dalam sangkar. Apabila
psangan induk mulai akrab, perkutut yang ada di sangkar dilepas ke
kandang perjodohan.
c. Mendekatakan sangkar
Induk perkutut sebelum dilepaskan dalam kandang penangkaran dipertemukan
terlebih dahulu dengan cara mendekatkan kedua induk yang berbeda
sangkar. Apabila kedua induk sudah muncul tanda-tanda akrab, segera
masukkan ke kandang penangkaran. Cepat lambatnya cara ini tergantung
dari sifat kedua induk perkutut.
d. Satu jantan banyak betina
Cara ini digunakan bagi induk jantan yang memiliki sifat agresif dan
ganas. Caranya, satu ekor perkutut jantan dilapaskan pada kandang
perjodohan yang telah berisi banyak perkutut betina. Dengan harapan,
perkutut jantan dapat memilih pasangannya sesuai dengan selera.apabila
perkutut jantan sudah menmukan jodohnya, pasangan induk diambil dan
dimasukan kedalam kandang penangkaran.
C. Makanan Perkutut
1. Pemberian Makanan
Pakan perkutut berupa biji-bijian, yang terdiri dari campuran jewawut,
ketam hitam, milet, beras merah, gabah merah, canary seed, dan godem.
Campuran makanan diusahakan sesuia dengan kegemaran burung., Makanan
burung yang baik, keadaannya masih baru dan segar, tidak berbau. Makanan
yang sudah lama, jangan sekali kali disodorkan karena dapat menyebabkan
gangguan kesehatan burung. Biji- bijian bahan makanan harus dipilih
yang berisi, mentes, dan jangan sampai keropos, bebas penyakit, dan
bersih.
Pemberian pakan pada burung disesuaikan dengan kebutuhan, hal ini untuk
menjaga kondisi tubuh burung. Burung yang diternakan dengan burung
untuk lomba pemberian pakannya berbeda. Konsumsi pakan burung kurang
lebih 10 % dari berat badan. Namun, agar tidak kehabisan pakan,
sebaiknya diberi pakan yang lebih banyak sebagai cadangan. Begitu juga
pemberian minum jangan sampai kehabisan, air minum harus selalu bersih,
baru, dan segar.
Pada kandang ternak, sebaiknya diberi pasir, batu-batuan, atau pecahan
batu bata merah. Pemberian ini dimaksud agar burung dapat makan
batu-batuan/pasir sebagai asinan dan sebagai alat bantu mencerna makanan
dan merupakan sumber mineral.
semoga bermanfaat bagi semua..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar